Semarang Travel Diary (Part 1) : Discover the Part of Yourself

"Travel is discovering the part of yourself that you never knew existed before". Critical Eleven, Ika Natassa

My trip this time was the memorable one. It was my first time traveling alone (practically not all alone sih), tapi sepanjang perjalanan PP Jakarta-Semarang, I was on my own. Now I proudly declared it as an achievement *smug face* Thanks to the introvert main trait, I am now dare to travel again ALL ALONE HAHA. It was somehow relaxing when you wandered alone, getting lost and learn more about yourself. 

For a well-planned and organized person like me, this was the most spontaneous and unplanned trip. I bought the train ticket two weeks prior the date and even WITHOUT ITINERARY (which is definitely a big no for me xD). I was impulsively and quickly saying "YES" when my high-school friend asked me whether I want to visit her in Semarang or not xD I could say that this very trip is some kind of "vow". I said to myself months ago; that if I made it to the dream company I would like to work for, I would visit Semarang. Since I already got a job so here I am... fulfilled the vow x)

I found that this lion statue is cute tho haha

Awalnya, gue pribadi udah ngincer pengen ke daerah Bandungan - Ungaran, karena di situ ada Candi Gedong Songo dan Umbul Sidomukti. Tapi berhubung rencana pergi ke sana-nya barengan sama 17 Agustus-an... wah kayaknya bakal susah dan macet banget nih jalan ke sana. Mau nyewa mobil pun mahal banget dan sudah jelas di luar budget gue dan temen gue yang notabenenya anak kos haha. In the end we were walking around the city and doing city tour instead. Lama-lama sih kayaknya gue tipe traveller yang cocok city tour yah xD Padahal pengen juga kok nikmatin pemandangan alam kayak pantai gitu, cuma belum ada waktu dan kesempatan yang pas sepertinya *duitnya juga belum pas*. Maybe next time I should go to Belitung, Lombok or Bali.

Tanggal 16 Agustus, gue berangkat dari Gambir jam 7 pagi naik KA Eksekutif Argo Muria. Ini pertama kalinya gue pesen tiket secara online dan yang bikin takjub adalah sekarang sistem check-in di perkereta-apian kita itu jadi mirip dengan sistem check-in di pesawat terbang. Ada semacam boarding pass-nya. Jam 1 tepat gue sampai di Stasiun Tawang, Semarang. Temen SMA gue, Sari, jemput di stasiun lalu kita ke kosnya yang ada di Jalan Gergaji. Satu kos ternyata isinya anak kedokteran Undip semua yang sedang persiapan mau co-ass. Setelah taruh koper dan istirahat sejenak, kita langsung lanjut ke destinasi pertama.

Day 1 : Klenteng Sam Poo Kong & Lawang Sewu

OCD-nya keluar deh itu miring gitu backgroundnya -___-

First stop pertama : klenteng Sam Poo Kong yang sepertinya merupakan landmark yang wajib dikunjungi kalau sedang di Semarang. Pertama kali masuk ke sini kok gue berasa lagi di dunia lain kota terlarang yang di Tiongkok itu ya haha. Nuansa Tiongkoknya sungguh terasa. Ditinjau dari sejarahnya, klenteng Sam Poo Kong ini merupakan lokasi pendaratan dan persinggahan seorang laksamana dari Tiongkok yang beragama Islam bernama Zheng He / Cheng Ho. Kalau kata Wikipedia, Laksamana Cheng Ho sedang berlayar melewati Laut Jawa, namun saat melintasi Laut Jawa banyak awak kapalnya yang jatuh sakit. Kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh. dan merapat ke pantai utara Semarang untuk berlindung di sebuah goa dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di akibatkan pantai utara Jawa selalu mengalami proses pendangkalan yang di akibatkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.

Ini kayak benteng yang di Jepang itu gak sih vibe-nya *sakarepmu, Ni xD*

Patung Laksamana Cheng Ho



Next stop : Lawang Sewu yang terletak di bundaran Tugu Muda, Simpang Lima.  Lawang Sewu dulu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada pintu pintunya yang sangat banyak, yang merupakan usaha para arsiteknya untuk membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati. Menurut guide sih jumlah lubang pintunya sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun, ditambah 2 daun pintu lagi jenis pintu geser).

Setelah masa kemerdekaan, Lawang Sewu dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung berlantai 3 ini menjadi lokasi pertempuran hebat antara pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero (Wikipedia)


Ada bocah 22 tahun nongol x))


That beautiful stained glass...
Dari dulu gue udah penasaran pengen ke Lawang Sewu (yang memang terkenal mistis), kayak apa sih emangnya dan akhirnya kesampean juga. Kita sampai di sini sekitar jam 4 sore. Tiket masuknya untuk dewasa adalah 10 ribu Rupiah sedangkan untuk anak-anak dan pelajar adalah 5 ribu Rupiah. Awal-awal masuk ya agak merinding gimana gitu. Gue bahkan komat-kamit doa dalam hati hahaha. Apalagi pas masuk ke area yang ada kaca patri-nya itu. Hmm... hawanya agak gimana gitu *stop, gak mau bahas lebih lanjut* Terus somehow gue terobsesi sama pintu-pintu yang ada di Lawang Sewu. Entah berapa kali gue foto-foto pintunya itu tapi belum ketemu yang sreg di hati. Maklumlah masih belajar fotografi hihi.

Ini lho si pintu yang gue bicarakan~ Berkali-kali bolak-balik ke sini buat cari angle yang pas tapi gak nemu

Endingnya kita berdua jadi hunting foto di sini. Keliling-keliling, keluar-masuk ruangan sambil cari angle yang bagus. Ketika capek, kita duduk-duduk sebentar dan sambil istirahat gue buka hp main Pokemon Go dong hahaha. Ternyata Lawang Sewu ini sarang Zubat saudara-saudara. Selain itu di sini Pokestop-nya kalau gak salah ada 3 biji jadi lumayan sekali. Gue berhasil dapetin Clefairy di Lawang Sewu ini setelah berturut-turut nangkep Zubat terus haha. Lah ini kok gue malah bahas Pokemon Go ya.

Back to the topic, kita di Lawang Sewu sampai kira-kira jam 6 sore karena penasaran kalau malem view-nya Lawang Sewu kayak apa sih. Sebelum keluar dari Lawang Sewu, kami memutuskan untuk kembali lagi ke ruangan yang berisi kaca patri. Mau lihat apakah kalau difoto pas malam kaca patrinya juga bagus atau enggak. Ternyata eh ternyata di situ menyeruak aroma seperti bau bunga gitu. Langsung lah kita buru-buru turun dan akhirnya keluar dari area Lawang Sewu dan nyetop angkot untuk nyari makan di seputaran Simpang Lima. Berdasarkan info Google, Lawang Sewu yang gue kunjungi ini merupakan gedung sudah direnovasi dan sudah tidak boleh ada lagi "tur uji nyali" karena jam 9 malam Lawang Sewu sudah ditutup. Gue sempat blogwalking ke blog orang yang mengunjungi Lawang Sewu sebelum direnovasi ternyata foto-fotonya bikin bulu kuduk merinding dan jauh lebih menampilkan kesan mistis daripada yang ada saat ini.

Ternyata kayak gini view-nya sekitar jam 5 sore


(to be continued on part 2)

TWITTER/ASKFM : @eugeniatheodora | INSTAGRAM : @eugeniasepthariani
E-MAIL : eugeniasepthariani[at]gmail[dot]com

Comments

  1. Kalau malem & hari libur banyak yg nge-lure di pokestop deket2 situ kak.
    *lah ini kenapa ngomongin pokemon juga* :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes PwC Indonesia - Risk Assurance Division

Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Jakarta

20 Alasan Kenapa Kamu Harus Jadi Beswan Djarum